Larangan Membuka Aib Diri Sendiri
Jangan Banggakan Dosa
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda : “Setiap umatku akan dimaafkan, kecuali muhajirin (pelaku maksiat dengan terang-terangan), dan termasuk dalam mujaharah (berbuat maksiat dengan terang-terangan), yaitu seseorang melakukan satu perbuatan pada malam hari, kemudian dia memasuki waktu pagi dan ALLAH menutupi perbuatannya itu, lalu ia mengatakan “Wahai, fulan, Semalam aku melkukan ini dan itu” Dia tidur semalam dan Allah menutup perbuatannya, lalu ketika memasuki waktu pagi dia membuka tabir Allah”.
Bencilah Maksiat Itu
Rasulullah shallallahu’alahi wa sallam bersabda : “Tiga perkara yang apabila seseorang memilikinya maka ia akan merasakan manisnya iman, yaitu :
- Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya..
- Ia mencintai saudaranya hanyalah karena selain keduanya..
- Ia benci kembali pada kekufuran setelah Allah menyelamatkan darinya, sebagaimana ia benci jika dilemparkan dalam neraka.
Ditutup Di Dunia Ditutup Di Akhirat
Rasulullah shallallahu’alahi wa sallam bersabda : “Jika Allah menutupi dosa seseorang hambag di dunia maka Allah akan menutupinya pula pada hari kiamat”
Nasehat Ulama
Allah Ta’ala marah bia aib sendiri dibuka, Ibnu hajar rahimahullahu berkata : “Barang siapa yang berkeinginan untuk menampakkan kemaksiatan dan menceritakan perbuatan maksiat tersebut maka dia telah menyebabkan RABBnya marah kepadanya sehingga Dia tidak menutupi aibnya tersebut.”
Bencilah Kembali Kepada Kemaksiatan
“Yusuf’alaihis salam memilih dipenjara daripada terjerumus dalam maksiat. Ini menujukkan bahwa jika seseorang dihadapkan pada dua pilihan antara memilih berbuat maksiat ataukah mendapatkan siksa dunia, hendaklah ia memilih mendapatkan siksa dunia supaya ia selamat dari terjerumus dalam dosa yang akhirnya mendapatkan siksa di dunia maupun akhirat. Oleh karena itu diantara tanda iman adalah seseorang benci kembali pada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya sebagimana ia tidak suka jika dilempar dalam api”
Tutuplah aib atas setiap maksiat yang pernah dilakukan. Jangan pernah dibanggakan meskipun kemasiatan (kenakalan) di masa kecil sekalipun.
Jangan pula pernah untuk bernostalgia dengan kemaksiatan.
Sekali meninggalkan zina, maka jangan pernah kembali ingin mencicipinya, demikian juga judi, riba, dan maksiat lainnya.
Sungguh syahwat dan syubhat itu begitu kuat, sedangkan hati mudah berbolak balik sekali mencoba bisa jadi jatuh pada maksiat itu selamanya.
Bencilah maksiat itu sebagaimana benci dicampakkan ke jurang neraka, setelah Allah menyelamatkan diri darinya dan menutup aib-aib kita.
Wallahul musta’an